Penulis : Puteri Najlah Meylani
Editor : Adrindia Ryandisza
Gramedia Writing Project membawa kabar gembira untukmu! Enam naskah terpilih dari Kompetisi TAWA 2022 sudah diterbitkan melalui Penerbit Buku Kompas dan sudah tersedia di Harian Kompas – Official Store – Gerai Kompas.id. Pada tahun 2022, Gramedia Writing Project bersama Penerbit Buku Kompas menggelar Lomba Cerita Khatulistiwa atau TAWA dengan tema Indonesia yang memuat kisah-kisah fiksi mengenai keragaman budaya, keindahan alam, dan kearifan tradisional Indonesia.
Kabar baiknya, Kompetisi TAWA akan kembali diselenggarakan mulai Desember 2023! TAWA 2023 pastinya membuka kesempatan buat kamu menampilkan kemampuan menulis dan kreativitas. Jadi, jangan lewatkan kesempatan ini. Kamu bisa mengikuti dan menantikan informasi lebih lanjut mengenai kompetisi ini dengan mengunjungi akun Instagram resmi Gramedia Writing Project di @gwp_id.
Penasaran siapa saja pemenang Lomba Tawa 2022? Simak daftarnya di bawah ini!
“Langgam Nyi Bagelen” Karya Yusuf Mahessa Dewo Pasiro
Kisah ini menceritakan masyarakat yang dilarang beternak lembu dan menanam kedelai di tanah Medang Gele yang kelak dikenal dengan nama Bagelen. Suatu hari, Johan mencoba menulis tentang Nyai Bagelen yang legendaris dan ia menemukan sebuah tembok besar yang memisahkan cerita-cerita dari masa lalu. Semuanya masih berjalan dengan normal hingga Lya, seorang gadis yang menghilang tanpa penjelasan setelah menyaksikan pertunjukan tari Dolalak. Johan berusaha meraih cinta Lya malah mengalami penderitaan hebat. Apa yang sebenarnya terjadi di langit Bagelen dan mungkinkah Johan dan Lya bersatu kembali?
Dari sinopsisnya saja kita sudah dibuat penasaran dengan sosok Nyai Bagelen, hilangnya Lya setelah menyaksikan pertunjukkan tari Dolalak, dan alasan masyarakat yang tinggal di Bagelen tidak boleh beternak lembu dan menanam kedelai. Klik link ini Buku Langgam Nyai Bagelen – Gerai Kompas.id untuk mengungkap misteri di Bagelen. Lewat buku ini, kamu akan menemukan perpaduan elemen misteri dan budaya lokal.
“Mala Borneo” Karya Retni SB
Novel “Mala Borneo” menceritakan penolakan Tanjung menjadi buruh sawit seperti keluarganya karena perusahaan sawit telah merusak tanah keluarga tanpa mengganti rugi. Selain itu, hutan adat yang dulu menjadi tempat mencari kebutuhan hidup pun telah lenyap. Keadaan semakin memburuk ketika ibunya meninggal karena kelelahan memanen di kebun sawit. Tanjung semakin membenci perusahaan dan perkebunan sawit tersebut.
Meski begitu, ia tak bisa menolak ketika Bapak meminta bantuannya agar mencapai target panen yang tinggi setelah kepergian Umak. Tanjung menghadapi dilema antara tidak ingin menjadi bagian dari sistem yang merugikan keluarganya, tetapi juga tidak ingin dicap anak durhaka. Seandainya kamu menjadi Tanjung, apa yang akan kamu lakukan?
Terlihat dari sinopsisnya, cerita “Mala Borneo” mengangkat kisah yang penuh dengan konflik batin atau konflik moral dari perjuangan Tanjung. Melalui “Mala Borneo”, Retni mengajak kamu fokus melihat konflik internal Tanjung. Selain itu, kamu juga akan melihat dampak negatif dari industri sawit terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat lokal. Dengan membaca buku ini, kamu akan memahami tentang isu-isu lingkungan dan sosial yang terjadi di cerita “Mala Borneo”. Yuk, segera dapatkan cerita “Mala Borneo” di Buku Mala Borneo – Gerai Kompas.id
“Nyekar” Karya Ishmaly Hana
Kabar meninggalnya Haji Marhum menyulut kehebohan di kalangan warga. Munculnya perdebatan mengenai pewarisan perkebunan kembang nyekar Haji Marhum membingungkan, terutama karena juragan tanah tersebut dikenal tidak memiliki istri atau anak. Sepanjang hidupnya, Haji Marhum hanya tinggal bersama pengurus rumah tangga beserta Jayanti dan Kusuma dan dua gadis yatim piatu.
Setelah seminggu, seorang anak muda bernama Entong tiba-tiba mengklaim sebagai anak Haji Marhum. Namun, keinginan Entong adalah harta warisan tanpa memiliki niat mengelola usaha milik Haji Marhum dengan baik. Kepulangan Entong menjadi sorotan sekaligus mengundang pertanyaan seputar keabsahannya sebagai pewaris.
Konflik cerita pun bertambah ketika muncul tiga ahli waris lainnya beserta kisah masa lalu Haji Marhum yang mengejutkan. Kehadiran mereka membuat Jayanti menjadi bingung dan meragukan klaim Entong. Apakah Entong berhasil menguasai harta peninggalan Haji Marhum atau apakah akan ada kejutan dari ahli waris yang lain?
Berdasarkan sinopsis cerita “Nyekar”, kamu diajak penulis untuk melihat kegaduhan, ketegangan, dan kebingungan keluarga Haji Marhum merebutkan harta warisan. Di setiap bab, penulis membuat kamu merasa bingung bagaimana konflik pewarisan ini akan terurai dan kejutan apa lagi yang dibuat oleh penulis. Penasaran kan sama akhir cerita ini? Yuk, dapatkan buku ini di Buku Nyekar – Gerai Kompas.id
“Rana Renjana” Karya Piko
Di Desa Slingo, kabut merah dari Pegunungan Menoreh menyebabkan wabah yang menginfeksi anak-anak setiap sandikala. Untuk mengusir wabah, Tari Lengger Slingo harus digelar dan penari dipilih oleh leluhur adalah Rama, pewaris Sanggar Tari Slingo yang tidak tertarik menjadi penari.
Sementara itu, Jana mahir menari, tapi dianggap remeh bersaing memperebutkan posisi sebagai pengibing Ranaya sang ledek dalam pertunjukan yang krusial di Pendopo Krajan. Tanpa mereka sadari, persaingan ini membawa mereka dalam pertarungan cinta dan misteri. Siapakah di antara mereka yang akan menjadi pemenang dan mengungkap rahasia di balik Lengger Slingo?
Kalau cerita yang satu ini, penulis mengajak kamu untuk menikmati konflik antara tradisi, pertarungan saudara, dan unsur cinta menciptakan plot yang menarik. Menariknya, cerita ini menampilkan gambaran tentang kehidupan di Desa Slingo yang diwarnai oleh wabah dan tradisi lokal. Cari tahu kisah selengkapnya di Buku Rana Renjana – Gerai Kompas.id
“Seloka Temon bin Emboh” Karya Tjut Zakiyah Anshari
Ingatannya tentang sosok yang merawatnya sejak ditemukan di pematang sawah begitu kuat sampai-sampai memeluk dan mengikat hatinya erat. Oleh karena itu, Temon bertekad mempertahankan segala yang telah dilakukan oleh Mak Warsi.
Sepanjang hidupnya, cerita tentang induk semang dan ucapan sang Emak meresap kuat dalam pikirannya. Itulah yang diyakini Emak dan Temon sudah mengetahui sejak kecil alasan Emak memberikan nama itu. Tekad Temon sudah tidak tergoyahkan Dengan penuh dedikasi, Temon menjadikan kentrung, seni yang menjadi penopang bagi Mak Warsi dan Temon, sebagai panggilan hidupnya.
Cerita ini akan membawa kamu masuk ke dalam memori Temon yang digambarkan memiliki ikatan emosional antara Temon dan Mak Warsi yang kuat. Cerita ini cocok buat kamu yang menyukai cerita dengan membawa nuansa hangat dan menampilkan nilai-nilai yang dapat membentuk jati diri seseorang. Yuk, dapatkan segera buku ini di Buku Seloka Temon Bin Emboh – Gerai Kompas.id
“Tonil Monte” Carlo Karya Atika Hdy
Pada tahun 1938, Bengkulu menjadi saksi perjuangan dan kisah cinta di tengah pengasingan Soekarno. Grup seni Tonil Monte Carlo atau grup sandiwara memiliki kisah-kisah yang tidak kalah mendalam.
Bujang, pemuda Melayu yang tak bisa membaca, memimpikan sebuah panggung. Akan tetapi, kemiskinan menghalangi langkahnya. Melan, gadis Tionghoa dengan perasaan terpendam, membawa Bujang memahami kekuatan kata-kata.
Seiring berjalannya waktu, pintu ke dunia seni dan persahabatan dengan Bung Karno terbuka lebar. Namun, datangnya Jepang menghantam impian mereka dan memisahkan sahabat-sahabat ini. Dalam pusaran sejarah yang mengguncang, Bujang dan Melan dihadapkan pada kehancuran dan tugas menyelamatkan apa yang mereka cintai.
Melalui sinopsisnya, Cerita “Tonil Monte” mampu mengajakmu menjelajahi kehidupan Bengkulu pada tahun 1938 saat presiden pertama kita diasingkan. Selain unsur historisnya yang kental, unsur yang paling menarik dari cerita ini ketika Bujang memiliki impian dapat bergabung di grup sandiwara meskipun tidak bisa membaca. Selain perjuangan Bujang, cerita ini menawarkan kisah cinta dan persahabatan Bujang dengan Bung Karno, kombinasi yang menarik, bukan? Kamu sudah bisa pesan buku ini di Tonil Monte Carlo – Gerai Kompas.id
Kompetisi TAWA ini diikuti banyak partisipan: dewasa dan remaja, penulis yang sudah berpengalaman maupun yang belum berpengalaman. Oleh karena itu, jangan takut dan ragu untuk mengikuti lomba yang diadakan Gramedia Writing Project termasuk kompetisi Tawa yang diselenggarakan bersama Penerbit Buku Kompas.
Dengan mengikuti Lomba TAWA, kamu bisa mengasah bakat menulis serta mengajak kamu merangkai kata-kata indah menjadi sebuah karya fiksi yang menakjubkan sehingga mampu membawa pembaca merasakan kekayaan budaya dan alam Indonesia. Melalui tema keindonesiaan ini, Penerbit Buku Kompas dan Gramedia Writing Project mendorong para penulis Indonesia untuk mengeksplorasi keunikan Indonesia dalam karya-karyanya sehingga menjadikan kompetisi ini sebagai perjalanan bagi para penulis untuk menyadari potensi kreatif dan kecintaannya terhadap tanah air.